Jayapura,Papualink.Id – Tahapan proses hukum dugaan tindak pidana korupsi pada pekerjaan Jalan Tepanma – Towe hitam di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Keerom Tahun anggaran 2018 yang menyeret YROG, eks Plt Kadis PUPR Kabupaten Keerom berlanjut ke tahap dua.
Hal itu setelah Penyidik Tindak Pidana Khusus Kejaksan Negeri Jayapura, menyerahkan tersangka YROG dan barang bukti ke Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jayapura.
Kepala Kejaksaan Negri Jayapura Alexander Sinuraya mengatakan, pelaksanaan Tahap Dua dilaksanakan setelah Jaksa Penelitian menyatakan berkas perkara telah lengkap memenuhi syarat formil dan materiil atau sudah P-21.
Pelaksanaan tahap dua dilaksanaan di Lapas Klas IIA Abepura oleh Jaksa Achmad Kobarubun,SH, dikarenakan yang bersangkutan telah di tahan pada tingkat penyidikan di Lapas Abepura.
Oleh Penuntut Umum, tersangka dilakukan penahanan pada tingkat penuntutan dengan alasa tersangka disangka melakukan tindak pidana karena sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 dan Pasal 9 Undang – Undang RI No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dan ditambah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) Ke – 1 KUHP.
“Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (4) huruf a UU RI No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih,” ungkap Alexander Sinuraya dalam rilisnya, Kamis (8/6) kemarin.
Tersangka pada tahun ini ditahan sejak tanggal 08 Juni 2023 di Lapas Abepura untuk 20 hari atau sampai tanggal 27 Juni 2023 (Tingkat Penuntutan).
Ia menambahkan bahwa ancaman Pidana dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang – Undang RI No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dan ditambah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah paling lama 20 (dua puluh) tahun, dengan demikian terhadap tersangka telah memenuhi syarat objektif untuk dilakukan penahanan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (1) KUHAP, diatur bahwa penahanan terhadap tersangka dilakukan berdasarkan bukti yang cukup dan dalam hal adanya kekhawatiran tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.
Berdasarkan fakta-fakta pada berkas perkara dan barang bukti telah ditemukan bukti yang cukup bahwa perbuatan tersangka telah memenuhi unsur dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 Undang – Undang RI No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dan ditambah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) Ke – 1 KUHP.
“Sehingga untuk mempermudah pemeriksaan dan agar tersangka tidak melarikan diri atau mengulangi tindak pidana, maka terhadap tersangka telah memenuhi syarat subjektif untuk dilakukan penahanan,” tegasnya.
Diketahui, berdasarkan hasil audit tertentu Inspektroat Kabupaten Keerom Nomor LHP : 700/49/ITKAB-KR/2021 tanggal 10 September 2021, diperoleh kerugian Keuangan Negara sebesar Rp. 4.689 miliar.
Proyek tersebut adalah pembangunan ruas jalan Tepanma – Towe Hitam sepanjang tujuh kilometer yang dibiayai dari anggaran pemerintah daerah sekitar Rp 47 miliar.(Redaksi)